1. Lifestyle

[Eksklusif] Mengintip Kehidupan Tim eSport Terbaik Se-Asia, NXL

Dalam industri hiburan digital, eSport adalah salah satu lini yang paling berkembang dalam beberapa tahun ke belakang. Walaupun begitu, usia eSport bisa dibilang hampir setua sejarah dunia gaming sendiri. Saat mode multiplayer mulai diperkenalkan pada konsumen, saat itu pula terpercik api kompetisi para hobiis video game. Namun membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya agar eSport menjadi matang. Kini ia akhirnya menjadi bagian industri game yang paling disorot.

Sayangnya dengan kepopularitasan eSport yang sangat tinggi di luar negeri - bayangkan, satu game saja dipertandingkan di liga dan event berbeda, penduduk Indonesia masih sangat awam dengan hal ini. Kemudian terdapat paradigma tua yang menyebutkan bahwa video game masih merupakan dunia 'main-main'. Bahkan dengan banyaknya prestasi yang telah diraih anak negeri, konsep keliru ini masih belum bisa hilang dari benak khalayak di Indonesia.

Dalam artikel ini, saya akan mencoba membuat kita semua membuka mata tentang potensi besar apa yang menunggu di dalam dunia eSport Indonesia. Tentu saja jika membahas eSport, kita tidak bisa melupakan sebuah tim yang baru-baru ini mengharumkan nama bangsa dalam laga Asian Cyber Games 2013 yang mempertandingkan Counter-Strike: Global Offensive di ibukota China, Beijing, November lalu. Dan seperti impian yang menjadi kenyataan, Jumat lalu saya mendapatkan sebuah kehormatan untuk mengunjungi 'markas besar' tim NXL, tempat mereka melakukan latihan secara intensif.

Apa yang biasa muncul di benak kita tentang para juara eSport? Apakah mereka menghabiskan belasan jam sehari hanya untuk berlatih, membungkuk di depan monitor, menghabiskan bergelas-gelas kopi, tidak mengkonsumsi apapun dan mengisi tenaga dengan berjemur di bawah sinar matahari - seperti robot masa depan bertenaga surya? Mitos terakhir ini terbukti salah karena saat saya datang di tempat latihan NXL, Richard dan Vega sedang menikmati makan malam.

Malam itu sepertinya waktu yang cukup lenggang bagi tim NXL, hanya ada Terry, Vega dan Richard di sana. Saya memang belum berkesempatan untuk melihat bagaimana mereka berlima berlatih bersama, tetapi setidaknya saya mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang panjang dengan NXL.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Richard dan kawan-kawan menggiring saya ke lantai atas, menuju ruang latihan tim NXL yang legendaris. Di anak tangga mengarah ke ruangan itu terdapat jejeran piala. Saat saya lihat lebih dekat, beberapa piala tersebut adalah penghargaan kejuaraan Counter-Strike 1.6 beberapa tahun lalu. Richard berkomentar, "Piala-piala di sini hanya sedikit dari trofi yang berhasil kami dapatkan. Mereka harus dipindahkan ke markas NXL karena sudah tidak ada tempat di game center tempat kami latihan dulu."

Ruangan latihan ini kecil, namun jika dibandingkan dengan standar 'sarang gamer', tempat tersebut sangat rapi. Terry (dengan nama asli Atreyu, keren bukan?) langsung menyalakan PC-nya dan log-in ke Steam. Tanpa basa-basi, ia mengenakan headset Steelseries dan langsung menikmati CS:GO. Vega menempati kursi paling pojok dan seperti para seniornya itu, ia langsung men-double click ikon Global Offensive di PC-nya. Kini tinggal saya ditemani Richard.

Richard membuka wawancara ringan ini dengan menceritakan pengalamannya saat menjadi juara ACG 2013 di Beijing. Ada dua hal yang menjadi tantangan terbesar mereka saat menghadapi tim Legends dari Vietnam: suhu dingin dan kelelahan. Mereka datang dini hari dan karena menjadi pemenang bertahan di 'winner's bracket', tim NXL harus menunggu hingga kontestan di loser's bracket mendapatkan satu tim pemenang. Karena sangat kelelahan, mereka berlima tertidur di bangku depan.

Dibangunkan tiba-tiba menjelang pertandingan final, tim NXL tidak mendapatkan kesempatan untuk bersiap-siap. Mereka harus bertanding dengan setengah kesadaran dan hasilnya tim NXL kalah di ronde pertama. Tim Legends sebenarnya berhasil NXL kalahkan di awal turnamen, namun dengan menjadi juara loser's bracket, Legends mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk menghadapi NXL.

Setelah perlahan-lahan mengumpulkan 'jiwa' mereka kembali, akhirnya NXL berhasil menyamakan kedudukan dan menyusul Legends dengan beberapa poin. Pertandingan ini sangat menegangkan, bahkan sang komentator - mantan pemimpin tim eSport Fnatic asal Swedia - Patrik 'carn' Sättermon memuji taktik tim NXL yang inovatif dengan memanfaatkan granat asap. Karena terburu-buru, NXL tidak menyiapkan bendera Indonesia untuk mereka pamerkan di podium. Akhirnya mereka meminta panitia untuk meminjam bendera Indonesia apapun yang ada di sana.

Saya bertanya pada Richard, sebenarnya kapan ia memulai kariernya sebagai atlet eSport. Jawabannya cukup mengagetkan, Richard memulainya dari tahun 2000. Itu berarti Counter-Strike baru saja diperkenalkan di tahun yang sama. Tapi nama NXL sendiri baru dikenal di tahun 2006. "Kita baru dikenal setelah kita bertemu dengan investor asal Singapura," Terry menimpali sambil asik bermain.

Dengan memfokuskan segenap jiwa raga pada eSport, tidak sedikit yang mengorbankan pendidikan mereka demi mengejar impian. Mayoritas anggota tim NXL meninggalkan kuliahnya, hanya Hansel dan Aditya yang saat ini masih bertahan. Dan keduanya merupakan anggota muda di tim eSport ini. Demi mengurus NXL, Richard sendiri memutuskan untuk melupakan bangku universitas.

Namun tiap pengorbanan yang mereka lakukan, terdapat imbalan besar yang menanti. Itulah akhirnya mengapa NXL menjadi sebesar ini sekarang. Richard mengenalkan satu-per-satu anggota timnya dengan bangga. Pertama, ia menceritakan tentang 'sang letnan' terpercayanya, Terry dengan nickname nfx. Terry memiliki refleks dan akurasi di atas rata-rata. Ia berperan sebagai offlaner: yang memisahkan diri dari anggota tim lain untuk membungkam lawan sebanyak-banyaknya.

Misi utama Terry di tiap pertandingan adalah merebut area ujung map dan membuat entry kill pada tim lawan untuk unggul di awal pertandingan. Ia didukung oleh Aditya Leonard sang offlaner kedua. Aditya adalah seorang penembak jitu yang sangat mahir dengan senapan AWP kesayangannya. Ia sangat ahli baik saat bermain di dalam tim maupun jika diukur dari skill individual. Biasanya pemuda yang memiliki nickname Voogy ini menjadi pemain dengan kill terbanyak dalam pertandingan.

Richard mengenalkan saya ada Vega 'soifong' Tanaka. Dalam turnamen di luar negerinya yang pertama kali, Vega sanggup menjadi juara pertama. Kemampuan Vega yang menjadi senjata andalannya adalah bagaimana ia bisa menghafal gaya bermain dan memperkirakan posisi musuh. Vega sangat ditakuti semenjak Counter-Strike 1.6 dirilis, namun jarang mendapat gelar juara nasional. Dan itulah mengapa ia memutuskan untuk bergabung bersama NXL.

Satu pemain yang paling dibanggakan Richard adalah pemuda bernama Hansel 'BnTeT' Ferdinand. Ia adalah most-valuable player di CS 1.6 dan Counter-Strike: Global Offensive. Ia adalah anggota tim termuda dengan akurasi terbaik di NXL. Bahkan Richard menyebutnya sebagai pemain Counter-Strike terbaik di Indonesia. Ia bermain dengan stabil dan sanggup memutarbalikkan jalannya kondisi pertandingan. Entah strategi apa yang digunakannya, Hansel sangat susah dihentikan lawan. Ia dan Aditya yang selalu bersaing menjadi top frag di tiap match.

Tentu saja para individu yang bertalenta tidak akan bermain baik jika tidak dipimpin oleh seorang komandan yang handal. Itulah mengapa peran Richard sangat dibutuhkan. Richard Permana adalah otak di balik tiap strategi NXL. Ia yang menentukan tiap taktik dalam ronde pertandingan berbeda, begitu pentingnya Richard, ia satu-satunya orang terakhir yang boleh mati. Ia memiliki pengetahuan tinggi tentang penggunaan item, pengetahuan map dan eksekusi serangan.

Saya pernah melihat Richard bermain. Ia memiliki kemampuan supranatural dengan menghafal tiap pixel layar hanya untuk melemparkan granat secara akurat. Anda tidak akan percaya tentang hal-hal kecil yang ia ketahui dalam sebuah peta - dan juga bagaimana satu zona mempengaruhi zona lainnya.

Dengan kemampuan tinggi yang mereka miliki seperti ini, ternyata Richard tidak pernah menerapkan jam latihan yang terlalu ketat untuk para anggota timnya. Mereka hanya wajib berlatih di hari Senin, Kami dan Jumat. Bahkan jika melihat bagaimana Richard mengelola tim NXL, tampaknya waktu latihan juga diterapkan secara fleksibel. Dan Richard tidak pernah memaksa anggota NXL lain untuk meninggalkan bangku kuliah seperti dirinya.

Hal terakhir yang saya tanyakan pada NXL adalah apakah mereka memiliki ritual-ritual tersendiri sebelum bertanding, atau bahkan membawa benda-benda keberuntungan bersama mereka. Richard dan kawan-kawan tidak percaya akan hal-hal seperti itu, namun mereka mengaku selalu berdoa bersama sebelum berlomba.

Satu hikmah yang yang saya dapatkan dalam dalam kunjungan ini adalah tiap kesungguhan pasti akan memberikan hasil. Memang pada akhirnya NXL harus mengakui kehebatan VeryGames di awal grand final, namun mereka berhasil memimpin dengan skor 8 - 7 di ronde awal pertandingan. Bukan itu saja: VeryGames adalah tim CS:GO terbaik di dunia dan mereka adalah idola para anggota tim NXL. Bayangkan betapa bahagianya Richard dan kawan-kawan dapat bermain bersama tim pujaan mereka...

Akan ada banyak turnamen yang akan diadakan di tahun 2014. Richard menargetkan setidaknya tim NXL mendapatkan kursi di salah satu kejuaraan internasional yang diadakan di Eropa. Tahun baru, berati tantangan yang baru pula. Saya harap keberuntungan akan selalu menyertai mereka.

Buat Anda yang penasaran seperti apa markas besar tim CS:GO terbaik di Indonesia ini, saya tidak lupa membubuhkan video liputan 'amatir' di bawah ini.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again