Bertahan di Tengah Pandemi, TIX ID Kembali dengan Produktivitas yang Semakin Baik
CEO TIX ID Sean Kim memaparkan strateginya di tengah krisis, kondisi bisnis saat ini, dan rencana yang akan digalakkan
TIX ID meluncur di tahun 2018 sebagai platform penjualan tiket bioskop. Ia menjadi satu-satunya pihak ketiga yang memiliki akses menjual tiket di jaringan bioskop XXI, pemimpin pasar di negeri ini. Selain dengan XXI, mereka juga bermitra dengan CGV dan Cinepolis.
Selama pandemi dua tahun terakhir, bisnis bioskop mengalami kesulitan karena sektor ini sempat tidak boleh beroperasi bersamaan dengan berbagai pembatasan yang diterapkan pemerintah. Hal ini secara langsung berdampak bagi TIX ID. Mereka terpaksa melakukan restrukturisasi jumlah pegawai untuk bertahan. Perusahaan lalu beradaptasi menjual beragam voucher platform online streaming.
Di tahun 2022, mereka kembali bangkit, seiring dengan bangkitnya industri bioskop.
DailySocial.id mendapat kesempatan berbincang langsung dengan CEO TIX ID Sean Kim, tentang perkembangan terbaru perusahaan yang dipimpinnya ini. Di tengah tren fleksibilitas bekerja, Sean (dan keluarga) telah bekerja dari Bali selama beberapa waktu terakhir.
Sean mengatakan, selama pandemi, TIX ID tidak terbersit ide untuk melakukan pivot.
"Sejak awal saya yakin tidak mau melakukan pivot. Momen tersebut dimanfaatkan [TIX ID] untuk maintenance mode. Masih banyak rencana yang masuk dalam pipeline yang belum kami lancarkan. Di saat yang sama kami juga mulai mencoba mendapatkan pendapatan tambahan," kata Sean.
Menyadari bahwa kegiatan masyarakat untuk mengunjungi bioskop bukanlah menjadi prioritas, Sean dan tim berharap aplikasi yang sudah banyak digunakan pengguna tetap bertahan di ponsel mereka. Demi bisa mempertahankan engagement, lewat aplikasinya TIX ID menghadirkan suguhan informasi terkait perkembangan film.
Selain itu mereka juga menjalin kolaborasi dengan platform OTT untuk bisa menjual voucherlayanan video on-demand dan mendorong trafik ke masing-masing platform. Rencana untuk menghadirkan pilihan drive in theater juga sempat ingin diwujudkan. Namun melihat kondisi yang ada, rencana tersebut tidak jadi mereka kembangkan.
Telah mencapai BEP
"Memasuki tahun 2021, saya melihat industri film Hollywood sudah mulai pulih. Namun kemudian varian delta datang dan mengharuskan pemerintah untuk melakukan PSBB kembali," kata Sean.
Terlepas dari Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali, beberapa film seperti Shang-Chi, Eternals, hingga Spider-Man muncul membangkitkan kembali semangat masyarakat untuk menikmati film di bioskop. Kendati menggeliat, namun minat menonton di bioskop belum maksimal.
Hingga akhirnya dirilis film horor "KKN di Desa Penari" tidak lama kemudian, yang justru mendapatkan atensi luar biasa dari masyarakat --- bioskop di berbagai kota dipenuhi penonton.
Fenomena tersebut ternyata memberikan pengaruh positif kepada TIX ID. Tercatat karena tingginya antrean, aplikasi TIX ID kembali banyak digunakan, bahkan juga menjadi momentum hadirnya ribuan pengguna baru.
Sean mengklaim karena film KKN jugalah yang menempatkan aplikasi TIX ID sempat bertengger nomor satu di Google Play, sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia.
Bahkan tren peningkatan ini turut mendongkrak revenue perusahaan, Sean mengklaim bahwa bisnisnya telah berhasil mencapai BEP (Break Even Point) dan tengah menuju cashflow positif.
Perubahan perilaku masyarakat juga memberikan pengaruh. Di awal berdirinya TIX ID, adopsinya masih terbatas di kalangan perkotaan. Sementara sekarang, dengan laju digital yang makin merata, pengguna di kota tier-2 dan 3 juga sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk membeli tiket via aplikasi, alih-alih mengantre di bioskop.
"Sebelum pandemi kami memprediksi dapat menjual tiket sekitar 15-20%, saat ini kami dapat menjual sekitar 40%. Hal ini terjadi karena adanya perubahan kebiasaan dari konsumen," kata Sean.
TIX ID mengklaim sebagai satu-satunya platform yang melayani sekitar 90% gedung bioskop di Indonesia. Meskipun platform seperti Traveloka, Gojek, dan lainnya sudah mulai memberikan pilihan membeli tiket bioskop --- dinilai baru merangkul sekitar 20% saja.
Sebagai platform yang cukup mendominasi penjualan tiket bioskop secara online, pembelian tiket langsung ke bioskop dinilai menjadi satu-satunya kompetitor TIX ID.
"Saat awal meluncur kami banyak melakukan kegiatan promosi. Namun saat ini kami mulai meminimalisir kegiatan tersebut dan secara organik pertumbuhan semakin membaik. Bukan hanya dari jumlah pengguna namun pertumbuhan bisnis," kata Sean.
Masih mengandalkan DANA sebagai pilihan pembayaran utama di TIX ID, menurut Sean kerja sama strategis ini memberikan keuntungan bagi mereka. Hal ini dilihat dari pertumbuhan bisnis DANA yang semakin baik di kalangan generasi muda.
Rencana akuisisi platform event
Tahun ini banyak rencana yang ingin dilancarkan oleh TIX ID, salah satunya adalah melakukan akuisisi yang bertujuan untuk menambah pilihan pembelian tiket atraksi dan kegiatan offline melalui platform.
Belum ada informasi mendetail terkait rencana ini. Namun satu hal yang bisa dikaitkan, pada tahun 2020 lalu TIX ID sempat terlibat dalam putaran pendanaan seri B PouchNATION, yakni sebuah startup pengembang sistem manajemen event -- lengkap dengan perangkat lunak dan RFID wristband.
Rencana berikutnya yang ingin digencarkan, TIX ID ingin mulai terlibat lebih dalam pada proses produksi film. Agenda ini juga belum bisa dijabarkan detailnya.
Selain itu, untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan, akan ada optimasi penggunaan big data untuk bisa mengoptimalkan penjualan tiket dan membantu bioskop menentukan penempatan film di studio yang dimiliki.
TIX ID juga ingin mempererat kerja sama strategis dengan pemain OTT, dan pengelola bioskop lainnya di Indonesia untuk memperluas jangkauan.
"Keuntungan kami adalah user-base, data, dan behaviour. Kami melihat di bisnis ini masih sulit bagi pemilik gedung bioskop untuk mengelola studio dan menemukan cara yang tepat untuk mendistribusikan film serta mengisi jumlah bangku yang dijual," kata Sean.
Dengan pemanfaatan data tadi, mereka akan mampu untuk memprediksi dan mengukur potensi film sebelum dirilis, sehingga dapat memaksimalkan profit.
TIX ID juga ingin menjadi platform rekomendasi bagi pengguna yang ingin mencari dan menikmati film baru hingga film lawas yang kemudian bisa di arahkan ke platform mitra OTT hingga berbagai studio yang ada.
"Ke depannya kita tidak hanya ingin menjadi platform penjualan tiket bioskop online, namun ingin mengubah industri sinema tumbuh lebih cepat pasca-pandemi, dengan semakin membaiknya kondisi saat ini," kata Sean.
Sign up for our
newsletter