Fokus BYRU.ID Tingkatkan Jenjang Karier Pekerja Kerah Biru
Telah mengantongi pendanaan pra-awal dari Asiantrust Capital
Masih rendahnya kompetensi dan penghasilan pekerja kerah biru mempengaruhi peluang mereka untuk mendapatkan peningkatan jenjang karier. Berdasarkan catatan BPS, per 2019 rata-rata upah pekerja sektor informal di Indonesia hanya mencapai Rp1,816 juta per bulan. Upah nominal harian buruh tani nasional sebesar Rp53.604 per hari. Kemudian, upah nominal harian buruh bangunan Rp88.442 per hari.
Umumnya pekerja informal memiliki latar belakang pendidikan rendah. International Labour Organization (ILO) pada 2010 menyebutkan, pekerja informal sebagai "pekerja rentan". Umumnya mereka tidak mendapatkan hak dasar seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jam kerja yang layak, atau tunjangan lainnya.
Melihat isu dan peluang tersebut, startup yang menyasar kepada pekerja kelar biru BYRU.id meluncur bulan Maret 2022 ini. Visinya ingin menghasilkan pekerja biru yang berkualitas dan bernilai.
Kepada DailySocial.id, Founder & CEO BYRU.id Nathaniel Nugroho Liman mengungkapkan, platform yang dikembangkan bukan hanya membantu perekrut mendapatkan pekerja kerah biru yang relevan, namun membantu membantu pekerja itu sendiri dalam meningkatkan kompetensi dan keahlian melalui BYRU.id Academy.
"Benefit yang kami berikan lebih kepada career path. Ketika mereka bergabung dengan kami, akan lebih terekspos dengan pekerjaan yang lebih layak. Apalagi setelah mengikuti akademi yang kami hadirkan," kata Nathaniel.
Berbeda dengan platform blue collar lainnya, BYRU.id akan memberikan rekomendasi secara langsung kepada pengguna secara otomatis, setelah mereka melakukan pendaftaran di platform. Saat ini mereka mengklaim telah memiliki sekitar 3500 pekerja dan 4 perusahaan yang telah menjalin kerja sama strategis.
Para pekerja tersebut sekitar 97% tersebar di Jabodetabek, namun ada juga di antara mereka yang berada di Bali, Medan, Semarang, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
“Kami memiliki cita-cita untuk menjadi layanan pekerja nasional dengan beragam kebutuhan para pekerja kerah biru dengan mudah,” kata Nathaniel.
Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah MyRobin, Lumina, Pintarnya, Sampingan, dan AdaKerja.
Targetkan perusahaan outsourcing
Untuk strategi monetisasi, BYRU.id mengenakan biaya kepada perusahaan yang membutuhkan pekerja. Mereka turut menyasar perusahaan outsourcing hingga UMKM yang membutuhkan talenta.
Menjadi menarik untuk dilihat lebih mendalam karena ternyata masih belum banyak perusahaan outsourcing yang dilengkapi oleh teknologi atau sistem terpadu untuk melakukan pengontrolan dan manajemen. Dengan teknologi yang dimiliki BYRU.id yaitu HRIS (Human Resources Information System), perusahaan kini bisa melihat kinerja pekerja, mengawasi absensi, hingga memberikan slip gaji secara mudah.
"Bukan hanya untuk perusahaan, HRIS tersebut juga bisa kami manfaatkan untuk mengelola data para pekerja yang masuk. Dengan adanya HRIS semua bisa diverifikasi mulai dari pekerja secara harian hingga kedisiplinan dari pekerja tersebut," kata Natahniel.
More Coverage:
Ditambahkan olehnya, saat ini ada sekitar 890 perusahaan outsourcing di Indonesia, namun hanya sekitar 10 perusahaan saja yang telah memiliki sistem yang terpadu. Dengan pilihan earned wage access (EWA) dan HRIS yang dimiliki, diharapkan bisa membantu mereka untuk mengadopsi teknologi.
Sejak awal meluncur BYRU.id telah mengantongi pendanaan dari Asiantrust Capital. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang mereka terima. Saat ini untuk bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna dan melakukan kegiatan kampanye perusahaan, perusahaan berencana untuk melakukan penggalangan dana putaran awal tahun ini. Targetnya akhir tahun 2022 mendatang, dana segar tersebut sudah bisa mereka kantongi.
"Kita masih membangun traksi sebanyak-banyaknya karena runway yang kita miliki masih cukup. Kerja sama strategis juga makin banyak kita lakukan dengan SMA hingga perusahaan," kata Nathaniel.
Sign up for our
newsletter