Ikhtiar Kibumi Jembatani Pemulung dan Industri Daur Ulang Sembari Perangi Sampah
Sedang menggalang pendanaan tahap awal sebesar $5 juta
Sudah jadi fakta umum bahwa Indonesia masuk dalam kondisi gawat darurat sampah. Merajuk dari data Bappenas, Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton limbah plastik setiap tahunnya. Jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda menjadi 13,6 juta ton pada 2040.
Masalah ini semakin genting karena hanya sekitar 30% dari sampah plastik di Indonesia yang terkelola. Sementara, sisanya akan mencemari laut, dibakar, atau dibuang sembarangan sehingga memberikan ancaman bagi lingkungan dan biodiversitas. Kondisi tersebut diperparah dengan fakta bahwa industri daur ulang di Indonesia itu kesulitan dengan rendahnya pasokan daur ulang di lapangan. Ironisnya, mereka harus mengimpor dari luar negeri.
"Industri ini masih sangat bergantung pada rantai nilai tradisional, di mana 80% barang daur ulang dikumpulkan dari sana. Di Indonesia sendiri, industri daur ulang mengimpor 800.000 ton barang daur ulang setiap tahunnya untuk mengisi kekosongan pasokan," terang Founder dan CEO Kibumi Hadiyan Fariz Azhar saat dihubungi DailySocial.id, Kamis (15/12).
Isu mengenai sampah lah yang akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya Kibumi pada 2019. Fariz panggilan akrab dari Hadiyan, melihat bahwa sampah di Indonesia itu sangat tidak terkelola. Akan tetapi, ada industri daur ulang yang sangat bergantung dengan kehadiran sampah-sampah tersebut.
Masalah lain muncul, ternyata selama ini industri daur ulang tidak bisa menjangkau lokasi TPA (tempat pembuangan akhir) atau sejenisnya. Selain tidak punya akses, kebanyakan sampah yang sudah masuk ke sana sudah tertumpuk dan kualitasnya terus menurun karena sudah tercampur dengan sampah jenis lainnya dalam jangka waktu yang lama.
"Kita lihat dari sisi ekonomi sirkular, ada rantai yang terputus karena sumber sampah, yakni rumah tangga, pabrik, dan perkantoran, tidak tersambung dengan industri daur ulang. Sisi inilah yang tadinya kami pikir harus diisi," tuturnya.
Para pendiri Kibumi terdiri dari empat orang. Selain Faiz, ada Andi Manggala Putra (CFO), Wahyudin Gorang (COO), dan Christine Halim (Komisaris). Masing-masing latar belakang dari para pendiri saling mendukung dalam pendirian Kibumi. Pertemuan mereka bertiga dengan Christine, yang bergabung sebagai ADUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia) memperkuat fundamental manajemen di Kibumi.
Welcome to Premium Content
Become a DailySocial.id Subscription, you can get unlimited access to discover the best minds of innovation and to perceive the finest tech journalism products in Indonesia. Learn more
Single Article
Access anytime, only this article.
Starting at
Rp 7,000 /article
Subscription
Unlimited access premium content.
Starting at
Rp 150,000 /month
Login or create account to access premium content

Sign up for our
newsletter