Mandiri Capital Indonesia Bagikan Strategi Investasi di 2023
Eksplorasi sektor non-fintech, persiapan Merah Putih Fund, hingga inisiatif baru untuk dorong sinergi
Mandiri Capital Indonesia (MCI) membagikan outlook dan strategi investasi mereka untuk tahun ini. Secara umum, MCI memastikan akan tetap agresif untuk mengucurkan pendanaan ke startup di Indonesia, tetapi akan lebih selektif dengan memperkuat risk framework dan tesisnya.
Langkah tersebut diambil karena melihat situasi perlambatan ekonomi yang turut berdampak terhadap industri startup di tanah air. Di sepanjang 2022, kita banyak menyaksikan upaya efisiensi yang ditempuh pelaku startup dengan melakukan PHK.
Tren pendanaan startup juga menunjukkan penurunan, baik di skala global maupun di Indonesia. Diketahui, VC merupakan salah satu sumber permodalan terbesar bagi pelaku startup. CB Insights dalam "State of Venture 2022 Report" mencatat startup global yang memperoleh pendanaan dari VC hanya mencapai $415,1 miliar atau turun 35% dari tahun sebelumnya.
Sementara, berdasarkan data yang dihimpun oleh DailySocial.id, total nilai pendanaan startup Indonesia di 2022 turun hingga 38% menjadi $4,2 miliar dibandingkan 2021 yang tercatat sebesar $6,9 miliar.
Eksplorasi sektor non-fintech
MCI akan menjajaki peluang investasi di sektor supply chain, construction tech, aquatech, embedded finance, proptech, hingga biotech. Chief Investment Officer MCI Dennis Pratistha mengungkap bahwa beberapa investment deal akan segera diumumkan. Pihaknya juga mulai fokus untuk berinvestasi di growth stage karena risiko lebih terukur dan sudah memiliki use case dan sumber pendapatan yang jelas.
Tak disebutkan target portofolio atau nilai investasi yang dialokasikan tahun ini. Dennis berujar, "Hal yang terpenting adalah bagaimana [portofolio] ini dapat menciptakan value bagi Mandiri Group. Kami berupaya dorong sinergi di lingkup Mandiri Group sehingga our portfolios, khususnya di growth stage, punya presence di luar negeri," ujarnya, Rabu (8/2).
Ambil contoh, construction tech. Investasi di sektor ini memang mengalir deras di sepanjang tahun lalu, tetapi pasarnya masih baru. Menurut Dennis, pihaknya berminat investasi ke construction tech tahun ini karena sejumlah pemain sudah mulai product market-fit dan menemukan model bisnis. Lebih lagi, permintaan konstruksi yang efektif biaya mulai meningkat.
Selama ini, industri konstruksi kurang transparan yang mengakibatkan terjadinya inefisiensi di supply chain. Demikian juga pada embedded finance, semakin ke sini, layanan keuangan digital berkembang pesat dan populasi unbanked masih besar. Hanya dalam jentikan jari, siapapun dapat mengakses layanan keuangan,
Dennis juga bilang tengah menyiapkan thematic fund baru sebagai kendaraan investasi bagi sektor-sektor yang tengah dieksplorasi tersebut. Rencana itu sebelumnya telah diungkapkan Dennis dalam wawancara dengan DailySocial.id beberapa waktu lalu.
Tercatat, MCI punya tiga dana kelolaan, yakni Balance Sheet Fund (Mandiri Group) untuk investasi di seri A-C, Merah Putih Fund (MPF) untuk seri C+ termasuk soonicorn, dan Indonesia Impact Fund (IIF) untuk pra-seri A.
Tahun 2022, MCI telah mengucurkan investasi ke enam startup baru dan tiga investasi lanjutan. Rinciannya, AgriaAku (agritech), Sinbad (B2B marketplace), dan FitAja (healthtech) bersumber dari Balance Sheet Fund. Kemudian, Greenhope (green tech), Cakap (edtech), dan Delos (aquatech) dari Indonesia Impact Fund. Terakhir, iSeller (POS), Mekari (SaaS), dan Qoala (insurtech).
Adapun, tambah Dennis, MPF ditargetkan meluncur pada semester I 2023 yang telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan regulator. Sekadar informasi, fase pertama MPF ditutup senilai $300 juta atau Rp4,3 triliun; didukung lima BUMN meliputi Telkom, Telkomsel, Bank Mandiri, BRI, dan BNI.
Strategi MCI
Pada kesempatan sama, Direktur of Finance MCI Rino Bernando memaparkan strategi investasi MCI pada tahun ini. Dalam mengelola portofolio existing, pihaknya memastikan mereka dapat tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan, tidak hanya tumbuh kencang.
More Coverage:
MCI berupaya memperbaiki strategi dan risk framework sebagai early warning system dalam menghadapi situasi pasar yang tidak menentu. Fokus utamanya adalah memastikan portofolio mengedepankan efisiensi biaya dan path to profitability yang jelas karena berdampak ke bottom line. Riset CNBC menunjukkan bahwa sebanyak 44% startup gagal di 2022 karena perencanaan keuangan yang kurang baik.
"Saya sebut situasi tech winter sebagai normalisasi karena ekonomi selalu ada siklusnya, termasuk industri startup. Ketika valuasi sekarang turun, ini adalah kesempatan bagi kami untuk mendapat valuasi lebih wajar. Dengan begitu, kami bisa masuk ke harga lebih wajar. Bukan berarti kami lengah meski terjadi seleksi alam," pungkas Rino.
MCI juga menetapkan inisiatif baru untuk menangkap peluang inovasi dan memperluas knowledge dengan membentuk MCI Labs. Program ini memungkinkan kolaborasi startup dengan unit bisnis di Mandiri Group untuk menggarap use case potensial menjadi pilot project. Selain itu, pihaknya masih akan melanjutkan kegiatan business matchmaking Xponent dalam mengidentifikasi masalah dan menghubungkan unit bisnis dengan startup.
Sign up for our
newsletter